Jember- Bhayangkaranees.my.id
Pembangunan desa dengan anggaran APBDesa difokuskan untuk tiga hal (sesuai arahan Menteri Pembangungan Daerah Tertinggal/PDT) yaitu:
- Pemulihan ekonomi nasional dengan BUMDes sebagai ujung tombaknya.
- Percepatan di bidang digitalisasi ekonomi, dan
- Adaptasi kebiasaan baru atau desa aman COVID-19.
Dengan fokus seperti itu, kadang ada bagian warga masyarakat desa yang tidak tersentuh anggaran desa yang cukup besar. Salah satu contohnya adalah para petani di desa Jelbuk, kecamatan Jelbuk, kabupaten Jember.
Untuk menyokong ketercukupan kebutuhan hidup mereka, parapetani di desa ini juga memelihara ternak berupa sapi, kambing atau unggas, sebagai usaha sampingan. Untuk pakan sapi dan kambing, para petani mengandalkan rumpun dan hijauan yang melimpah dari sawah dan ladang mereka.
Namun, pada musim kemarau meraka harus merumput ketempat yang agak jauh kehutan terdekat. Sebenarnya ketersediaan pakan dapat diatasi dengan mengolah pakan dan menyimpannya dengan teknik fermentasi. Proses fermentasi pakan akan lebih cepat jika pakan dicacah lebih dulu. Untuk itulah tim Kelompok Riset dan Pengabdian Teknologi Manufaktur (Keris Dimas Teman) datang kedesa Jelbuk menawarkan solusi pencacah dengan mesin chopper.
Keris Dimas Teman diketuai oleh Mahros Darsin, PhD dan beranggotakan empat dosen yakni Dr. Koekoeh Koentjoro Wibowo, Ir. Hari Arbiantara Basuki, S.T., M.T., danIr. Dwi Djumhariyanto, M.T. Selain itu kegiatan ini dibantu paramahasiswa S-1 dan S-2 Teknik Mesin UNEJ.
Menurut Mahros, "Kegiatan pengabdian ini untuk membantu para petani/peternakyang diketuai Bapak Mahfudz untuk meningkatkan produkvitas ternak melalui kontinyuitas pakan ternak yang mereka miliki, " jelasnya.
Markus menambahkan, "Kegiatan ini tidak lepas dari peran utama salah satu anggota Keris, Bapak Dwi Djumariyanto yang memang asli dari Jelbuk dan melihat permasalahan tetangganya, " imbuhnya.
"Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan Tim Keris dimas Teman berkolaborasi dengan kolega dosen dari Pogram Studi Peternakan Fakultas Pertanian UNEJ, yakni Dr.Widodo dan Bpk M. Wildan Jadmiko, MP selaku ketua program studi, " ucapnya.
Terpisah, Pada papaprannya Dr. Widodo menyampaikan, "Bahwa Bagaimana proses silase atau fermentasi pakan dengan bakteri anaerob. Bahwa pakan fermentasi itu dapat bertahan lima sampai enam bulan. Jadi, ketersedian rumput dan hijauan yang melimpah pada musim hujan dapat difermetasi untuk sediaan pada musim kemarau, "ungkapnya.
"Pada uji mesin pencacah diperoleh cacahan yang baik dan memenuhi kriteria untuk bahan dasar fermentasi. Mesin ini kecil dengan kapasitas 200 kg/jam dengan daya mesin 6.5 HP. Desain mesin pencacah difokuskan pada kemudahan dipindah (portability), mengikut permintaan mitra kelompok tani bahwa mesin supaya dapat digunakan bergilir di antara para anggota, "tambahnya.
"Para petani mitra begitu antusias mencoba mesin pencacah. Bahkan usai mecoba di lokasi ketua kelompok, langsung mesin ini didorong kerumah beliau untuk mencacah pakan di sana. Sosialisasi mesin chopper dan pembuatan pakan fermentasi pada 8 Oktober 2022 ini akan ditindak lanjuti dengan pemantauan dan dosen pengabdian sekaligus warga desa Jelbuk, "pungkas Dr. Widodo.(**)
0 Komentar